Jumat, 11 Juli 2008

Komitemen Menjaga Lingkungan Kita



Akhir-akhir ini isu pemanasan global mulai mengemuka di berbagai sudut bumi ini. Hampir seluruh pihak yang berwenang di hampir seluruh negara di bumi ini menyuarakan tentang satu hal itu. Penyebab utama adalah banyaknya kejadian bencana alam hampir di seluruh tempat di bumi. Kondisi ini di satu sisi harus disyukuri, namun di sisi lain menciptakan banyak kepalsuan yang justru menambah rumit persoalan. Terlepas dari penting tidak penting wacana yang berkembang dan serius tidak serius para kepala pemerintahan di semua negara menyikapinya, namun yang pasti menurut informasi terakhir keadaan lubang ozon yang satu dekade terakhir mulai dikhawatirkan ternyata mengalami perkembangan yang luar biasa cepat hampir setara dengan deret pangkat dalam nilai. Saat ini, lubang ozon telah 30% dari luas kutub utara yang berarti dengan laju luasan yang begitu cepat mungkin satu dua dekade lagi seluruh kutub telah menjadi daerah tanpa sensor untuk menjaga stabilitas kehidupan di bumi ini. Akibat lanjutnya adalah terjadi pemanasan global yang lebih panas dan itu berarti, permukaan air laut akan menjadi lebih tinggi dan mengakibatkan struktur fisik maupun sistem di bumi akan berubah dan perubahan itulah yang selalu dikenal dengan bencana.
Kenyataan yang ada dan terjadi di sekeliling kita mungkin dapat dijadikan indikator perubahan itu. Kalau dulu, para leluhur melakukan pemetaan musim dengan perhitungan yang sangat tradisional begitu akurat, namun sekarang tidak satupun prakiraan cuaca dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi yang luar biasa berkembang itu, mampu membuat prakiraan itu secara tepat. Perubahan musim yang tidak terkirakan, gempa bumi yang dahsyat dan gunung meletus serta sejumlah deret bencana lainnya, seharusnya telah cukup menjadi bahan untuk semua makhluk di bumi terutama bagi makhluk yang paling tinggi derajatnya yang biasa disapa manusia itu, untuk mengambil porsi kebijaksanaan yang maksimal. Hal sederhana yang dapat dilakukan adalah SADAR bahwa alam ini penopang hidup kita. Jangan sakiti dia, jangan merusak dia. Jangan pula tamak dengan dia.
Kita patut bersyukur ada sejumlah pemimpin negara tertentu telah pula mulai berkomitmen untuk menyikapi masalah ini. Tetapi jika seluruh pemimpin sama seperti Bapak Albertus Nong Botha, Bupati Ngada Tahun 1999-2004 seperti dalam gambar berikut ini, mungkin persoalan tidak akan serumit ini. Ketika wacana Pemanasan Global belum mengemuka, Bupati Botha pada Tahun 2000 telah memulai langkah langkah penyelamatan bumi dengan peran kecil saja namun sangat berarti yaitu dengan Transpalantasi Terumbu Karang di Taman Wisata Alam Laut 17 Pulau Riung. Mungkin seperti inikah yang benar?

Tidak ada komentar: