Kamis, 10 Juli 2008

Ka Sao, Ritual Ucapan Syukur Bernilai Miliaran Rupiah di Ngada





Pada Tanggal 20 - 24 Oktober 2007, keluarga besar Sao Leo Seso, Woe Boro di Kelitey Kecamatan Aimere Kabupaten Ngada mengadakan Upacara Ka Sao. Sebagaimana judul blogg ini, Ka Sao merupakan ritual untuk menyatakan syukur atas semua yang diterima keluarga besar ini baik dalam kehidupan harian mereka maupun atas rahmat karena telah diselesaikannya pembangunan rumah adat yang merupakan bentuk persatuan dan solidaritas dari segenap anggota keluarga besar itu.
Tahapan ritual yang sebenarnya tidak dapat saya detailkan di sini, namun secara garis besar agenda Ka Sao, sebagai berikut :
  1. Hari Pertama adalah Hari Penerimaan Tamu. Pada hari itu, semua keluarga besar yang memiliki hubungan baik secara hubungan darah maupun secara hubungan perkawinan dan kekerabatan menyatakan eksistensinya. Mereka datang bersama kelompok keluarganya. Biasanya berjumlah 30 - 100 orang/kelompok keluarga. Untuk menyatakan keberadaannya, mereka membuat Sa Ngaza (Maklumat atau Pengumuman). Sa Ngaza dilakukan dengan cara meneriakkan sejumlah kalimat-kalimat adat yang intinya adalah menyampaikan dari mana keluarga mereka berasal, bagaimana hubungan kekeluargaan itu dengan keluarga yang membuat acara dan untuk apa mereka datang. Ketika masing-masing keluarga membuat Sa Ngaza, semua warga lain mendengar dan menyimak isi Sa Ngaza itu. Sa Ngaza biasanya diakhiri dengan perintah membunyikan musik (Go Laba). Pada saat melakukan Sa Ngaza, seluruh keluarga yang melakukan Sa Ngaza berpakaian adat lengkap. Formasi diatur sedemikian rupa seperti formasi Sa Ngaza Penjemputan Tamu. Akhir dari Sa Ngaza adalah menari bersama Tarian Jai. Itu dilakukan bersama keluarga lain yang telah lebih dahulu ada. Jai bersama dilakukan hingga seluruh keluarga besar masuk dan ditutup sore hari saat matahari terbenam.
  2. Malam harinya dilakukan Upacara atau Acara Tarian Teke. Yaitu nyanyian adat tanpa musik dengan syair-syair khusus baik untuk pujian dan penghormatan kepada leluhur maupun syair-syair yang bersifat pantun untuk menggoda satu sama lain. Acara ini berlangsung hingga pagi hari.
  3. Hari Kedua. Pada Hari ini, seluruh anggota keluarga diajak untuk menyaksikan persembahan kepada Leluhur dengan korban Kerbau. Korban besar ini merupakan korban utama. Pada saat Ka Sao Leo Seso, kerbau yang dikorbankan berjumlah 3 ekor. Masing-masing diberikan oleh Bapak Maurits Tuga sebagai ucapan syukur atas selesai studi Doktoralnya di New Castle - Sidney Australia, persembahan dari Bapak Anis Bai, sebagai ungkapan Solidaritas Woe dan kerbau terakhir dari anggota Sao Leo Seso. Setelah pembantaian hewan ini, dilanjutkan dengan pembantaian puluhan ekor babi berukuran rata-rata besar sebagai persembahan dari sejumlah keluarga besar yang datang. Pada saat itu, babi yang dipotong berjumlah 74 ekor yang berarti keluarga yang datang berjumlah 74 kelompok keluarga besar (Woe). Sebelum pembantaian didadahului dengan ritual Zia Ura Ngana yang berarti sapaan kepada leluhur untuk meberitahu maksud diadakan pengorbanan ini.
  4. Masih pada hari kedua setelah pembantaian dilakukan pembakaran dan pembersihan hewan-hewan korban tersebut. Menariknya, tidak semua bagian dari korban persembahan itu dimasak pada saat itu, melainkan dibagi dua (setengah bagian kepala dan setengah bagian ekor). Setengah bagian kepala diserahkan kepada pemilik babi dan setengahnya diserahkan kepada regu pemotong untuk dipotong sesuai ukuran potongan daging konsumsi yang dilakukan secara bersama-sama oleh semua anggota keluarga. Seluruh daging dari semua hewan persembahan dikumpulkan dan dimasak secara bersama. Pada saat yang bersamaan regu masak nasi juga muali bertugas memasak nasi yang jumlahnya 1.500 kg.
  5. Setengah bagian kepala yang diserahkan kepada keluarga pemilik babi, diolah oleh keluarga itu untuk nanti di masukan kembali ke depot makanan dalam acara Bhei Bhodo, yaitu ritual pengumpulan makanan dari masing-masing keluarga dengan wadah Bhodo (tempat nasi besar dari anyaman lontar) dan diatasnya ditaruh kepala babi atau rahangnya.
  6. Upacara Bhei Bhodo didahului oleh Bhodo Utama dari Pemilik Pesta yang mengeluarkan Bhodo dari Sao atau rumah yang ukurannya kurang lebih berdiameter 2 meter. Selanjutnya disusul oleh Bhodo dari keluarga lain dengan Bhodo yang lebih kecil untuk dikumpulkan di tempat pengumpulan makanan.
  7. Acara kemudian dilanjutkan dengan Meghe yaitu makan bersama di depan Sao yang dipestakan itu. Makan bersama didahului dengan Bhaghi atau pembagian nasi dan daging pada setiap orang dengan menggunakan wati atau tempat makan. Setelah semua selesai maka selesailah acara Ka Sao itu.
Terima Kasih Kepada :
Semua Saja Atas Terselenggaranya Uapcara Ka Sao Leo Seso
Bapak Yohanes Tuga/Penanggung Jawab Acara.

Tidak ada komentar: