Rabu, 23 November 2011

1 ABAD SDK TANALODU BAJAWA

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE)

PERAYAAN 1 ABAD SDK TANALODU BAJAWA

1912 - 01 Agustus – 2012

1. Pendahuluan

a. Umum

Keberadaan Sekolah Dasar Katolik Tanalodu (SDK) Tanalodu yang sebentar lagi akan mencapai umur satu abad merupakan suatu perjalanan panjang dari dunia pendidikan yang ada di Kabupaten Ngada yang kita cintai. Dari perjalanan panjang ini terdapat banyak sekali nilai yang akan dipetik dari segala yang terjadi selama masa-masa itu. Bagi SDK Tanalodu perjalanan selama 1 abad harus disyukuri dalam bentuk perayaan dan kegiatan pendukung, karena 1 abad merupakan kesempatan emas untuk melakukan kilas balik dan sejenak menoleh kembali ke visi dasar pembentukan pendidikan di Kabupaten Ngada, keberhasilan dan kegagalan yang dialami serta pelakon istimewa dalam perjalanan hidup SDK Tanalodu. Kisah-kisah perjalanan ini merupakan sejarah yang sangat bermanfaat bagi anak cucu agar mereka yang lahir kemudian dari kita dapat mengetahuinya bagaimana perjalanan perjuangan pendidikan serta apa yang dilakukan oleh tokoh-tokoh itu dan peristiwa lain yang terjadi sejak SDK Tanalodu ini sejak berdiri pada tahun 1912.

Sejarah SDK Tanalodu bermula sampai akhir abad ke-19, Belanda yang menjajah Indonesia sejak abad ke-16, sama sekali tidak memperhatikan pendidikan bangsa Indonesia. Melalui politik “ Tanam Paksa ”, kekayaan bumi Indonesia dikeruk sepenuhnya untuk kepentingan Belanda tanpa memperhatikan kesejahteraan rakyat pribumi.

Banyak kalangan, termasuk sebagian bangsa Belanda sendiri, mengecam penjajahan Belanda yang sangat menyengsarakan rakyat Indonesia. Seorang Belanda, Conrad van Deventer mengusulkan agar pemerintah Belanda membangun pendidikan, irigasi dan transmigrasi yang dikenal dengan “ Trilogi van Deventer ” sebagai bentuk balas budi kepada bangsa Indonesia yang lama terjajah.

Pemerintah Belanda akhirnya melaksanakan “ Politik Etis ” yaitu politik balas budi kepada bangsa Indonesia, antara lain dengan membangun pendidikan bagi bangsa Indonesia. Pada tahun 1890 Pemerintah Belanda menetapkan peraturan mengenai subsidi pendidikan yang mulai berlaku di Hindia Belanda pada tahun 1895.

Meskipun demikian, orientasi kebijakan pendidikan di Hindia Belanda tetap demi kepentingan penjajahan Belanda. Pendidikan di Hindia Belanda dipisahkan antara pendidikan barat bagi orang Belanda dan pendidikan bumi putera bagi orang Indonesia. Pendidikan bumi putera hanya bisa diikuti oleh kalangan menengah ke atas, sedangkan rakyat biasa kurang memperoleh kesempatan. Anak bangsawan disekolahkan ke negeri Balanda untuk menambah kesetiaannya kepada penjajah Belanda.

Agar pendidikan dapat menjangkau rakyat biasa, terutama wilayah yang sulit dijangkau oleh pemerintah Hindia Belanda seperti di Indonesia Timur termasuk Flores, maka pada tahun 1905 pemerintah Belanda menyerahkan usaha pendidikan juga kepada Misi Katolik dan Zending Protestan yang ketika itu sudah menjangkau wilayah-wilayah terpencil.

Kebijakan pemerintah Belanda tersebut bagaikan gayung bersambut bagi para Misionaris Katolik di Flores. Sebenarnya pendidikan di Flores sudah dimulai pada tahun 1862 dengan dibangunnya sekolah pertama di Larantuka oleh Misionaris Jesuit, kemudian menyusul sekolah putera berasrama di Maumere pada tahun 1874 dan sekolah puteri berasrama pada tahun 1879 dan 1890 juga di Maumere. Agar pendidikan melalui persekolahan berjalan lebih baik dan sejalan dengan kebijakan pemerintah Belanda yang menyerahkan usaha pendidikan juga kepada Misi, maka setelah melalui serangkaian pertemuan, yang pertama di Lela pada 11 Pebruari 1911 dihadiri oleh Residen Kupang, Controleur Hens dari Ende, tuan Lulofs sebagai penasihat pemerintah, Pater Hoeberechts,SJ dan Pater Looijmans,SJ, dan diikuti pertemuan kedua di Larantuka pada bulan Juni 1911, dibentuklah “ School Vereniging Flores ” atau Panitia Persekolahan Flores yang berkedudukan di Larantuka dengan direkturnya Pater Hoeberechts,SJ dan sekretaris Pater van der Velden, SJ. Pembentukan Panitia Persekolahan Flores tersebut merupakan bentuk kerja sama antara pemerintah Hindia Belanda dengan para Misionaris Katolik untuk membangun pendidikan di Flores. Hal ini tergambar jelas dalam beberapa ketentuan mengenai organisasi dan kegiatan Panitia Persekolahan Flores yaitu :

- Controleur atau Gezaghebber bertugas mencari tempat yang sentral dan tampan untuk membuka sekolah bagi satu atau beberapa desa / kampung.

- Kepala desa / kampung dan rakyat dikerahkan untuk membangun gedung sekolah dengan bahan-bahan lokal, juga kalau mungkin membangun sebuah asrama untuk menampung anak-anak yang berasal dari tempat yang jauh. Rakyat juga membangun rumah guru.

- Rakyat harus membayar pajak sekolah. Pajak itu diserahkan oleh raja kepada Controleur. Controleur membayar gaji bulanan kepada guru sesuai peraturan gaji yang ditetapkan oleh Sekretaris Panitia Persekolahan Flores di Larantuka.

- Hanya Sekretaris Panitia Persekolahan Flores yang dapat mengangkat, memecat dan memindahkan guru-guru. Segala macam keluhan para guru ditujukan kepada Sekretaris Panitia Persekolahan Flores yang bertugas untuk mengatasinya.

Dengan kebijakan tersebut, Panitia Persekolahan Flores bersama pemerintah dan masyarakat mulai membangun sekolah-sekolah Katolik di masing-masing wilayah. Pater van der Velden bertugas mengurus sekolah di wilayah Flores Timur, Ende, Ngada dan Manggarai. Panitia Persekolahan Flores Wilayah Ngada bersama masyarakat dan pemerintah (Controleur Hens) mendirikan Sekolah Rakyat yang pertama di Bajawa yaitu SRK Bajawa (sekarang SDK Tanalodu) pada tahun 1912 dan SRK Boawae di Boawae pada tahun 1913.

b. Latar Belakang

- 1 Abad Pendidikan di Kabupaten Ngada merupakan wujud karya penyertaan Tuhan dalam perjalanan pelayanan pendidikan. Oleh karenanya, karya Tuhan itu harus disyukuri oleh segenap komponen untuk memaknai karya pendidikan yang sedang berlangsung saat ini.

- SRK Bajawa (SDK Tanalodu) yang didirikan sejak Tahun 1912, menjadi sekolah pertama di Kabupaten Ngada, juga menjadi lembaga pendidikan pertama yang mengilhami terbentuk semua sekolah di Kabupaten Ngada bahkan Flores.

- Sebagai momentum strategis untuk merefleksi dan merencanakan pembangunan pendidikan yang berkualitas ke depan bagi semua karya pendidikan di wilayah ini.

c. Thema :

Bersyukur dan Evaluasi Diri dalam Dinamika Medan Abdi, Tetap Berkarya dan Baharui Diri untuk Membebaskan dan Memberdayakan Pendidikan Melalui Semangat Injili, Mandiri, Solider dan Misioner

2. Kegiatan Yang Dilaksanakan :

a. Pra Perayaan :

1) Gerakan Sejuta Pohon Multi Fungsi untuk semua sekolah Kabupaten Ngada.

2) Sagusapo (Guru) dan Lomba Taman Indah (Siswa).

3) Lomba Pidato/Karangan tentang Lingkungan Hidup.

4) Lomba Sekolah Sehat.

5) Lomba Guru Teladan (TK, SD, SMP, SMA/Kejuruan).

6) Lomba Paduan Suara (Guru dan Siswa).

7) Lomba MIPA.

8) Katakese Umat (Seluruh KAE).

9) Penulisan Buku.

- Kelanjutan Pendidikan Nilai Edisi 2.

- Kenangan 100 Tahun Pendidikan dan Sekolah Katolik.

10) Konser Bersama Ibu Vero.

11) Jalan Sehat dan Marching Band.

12) Pertandingan Volly SD sampai SMA/K (Siswa dan Guru).

13) Motivasi Sadar Pendidikan Oleh Motivator dari Malang (Seminar).

14) Lomba Ja’I dan Dero Kreasi.

15) Pembangunan Prasasti

16) Perbaikan Drainase.

b. Puncak Perayaan :

1) Perayaan Ekaristi

2) Penandatangan Prasasti

3) Launching :

- Gerakan Rp. 5000 alumni

- Pembangunan Laboratorium Bahasa dan Komputer

- Peletakan Batu Pertama Kantor YASUKDA

- Buku Kenangan 1 Abad dan Pendidikan Nilai Edisi 2.

c. Pasca Perayaan :

1) Pembangunan Kantor Yasukda.

2) Pembangunan Laboratorium.

3) Pembangunan WC Sekolah.

4) Pemeliharaan Lanjutan Pohon-pohon dan taman-taman Sekolah.

5) Pembentukan Korps Alumni SDK Tanlodu.

6) Pembentukan Grup Band Guru.

3. Maksud dan Tujuan

a. Maksud

Pelaksanaan perayaan 1 abad SDK Tanaludu dimaksudkan untuk memberikan perhatian terhadap nilai perjuangan dan pengalaman dalam mengelola pendidikan selama 1 abad di Kabupaten Ngada.

b. Tujuan

- Sebagai wujud syukur bagi segenap civitas Pendidikan di SDK Tanalodu/Kabupaten Ngada.

- Untuk meneguhkan komitmen kebersamaan dan kekeluargaaan serta meningkatkan semangat berkarya dalam membangun pendidikan.

- Momentum reflektif terhadap realitas kekinian semua sekolah di wilayah ini serta untuk menajamkan visi pembaharuan pendidikan ke depan.

4. Tempat pelaksanaan Kegiatan :

Pusat perayaan 1 abad SDK Tanalodu akan dilaksanakan di SDK Tanalodu dengan kegiatan pendukungnya akan dilakukan di semua sekolah baik negeri dan swasta di Kabupaten Ngada sesuai arahan kegiatan yang dapat dilaksanakan di sekolah-sekolah tersebut.


==Panitia Perayaan 1 Abad SDK Tanalodu Bajawa===

Minggu, 20 November 2011

Setelah Lama Berdiam


Perjalanan waktu yang terus bergerak rupanya telah membuat saya lupa bahwa saya masih memiliki sebuah blog yang masih aktif. Rupa-rupanya, kesibukan selama ini cukup menyita waktu saya. Mulai dari kesibukan mengurus diri sendiri dan keluarga, kesibukan sosial dan pekerjaan. Awal tahun ini, saya resmi berkarya di Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Ngada. Sebuah lembaga pemerintah yang mengurusi ekonomi strategis masyarakat Ngada. Strategis karena yang diurus adalah perut penduduk mulai dari bahan pangan (yang tereduksi dalam slogan 4 sehat 5 sempurna), komoditi perdagangan dan penyediaan protein asal hewan. Selain itu, lembaga ini juga menjadi motor utama Program Pengembangan Ekonomi Rakyat (PERAK), yaitu Program Strategis Pemerintah Ngada melalui penyediaan dan pengelolaan komoditi ternak strategis sapi, babi dan kambing. Berat memang.... Dinas P3 (demikian biasanya disingkat) sebelumnya adalah 3 (tiga) buah dinas ekonomi di lingkup Pemkab Ngada. Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas Perkebunan dan Dinas Peternakan. Namun kemudian dilebur menjadi sebuah dinas saja. Arahan regulasi dasarnya adalah demi tujuan penyelenggaraan kepemerintahan di daerah yang efektif dengan menerapkan organisasi pemerintah daerah yang miskin struktur kaya fungsi. Itu baik dan benar. Namun yang menjadi persoalannya adalah dengan mengerucutnya struktur diikuti juga dengan pengurangan jumlah tenaga yang mengurusi urusan tersebut dengan sangat radikal. Padahal, ruang lingkup urusan dan luasan wilayah pelayanannya tetap. Contohnya di Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura (saya di sini). Sebelumnya urusan ini diurus oleh kurang lebih 60 pegawai namun kini hanya 8 orang saja. Demikian juga dengan bidang lainnya. Harus diakui juga bahwa perubahan struktur seperti ini juga berkorelasi sangat positif terhadap kinerja pegawai di bidang ini. Tetapi kembali lagi bahwa kemampuan 60 orang dengan 8 orang sangat jelas berbeda. Walaupun yang ke-8 orang itu bekerja pada posisi loyalitas maksimal sekalipun. Persoalan lain adalah dengan jumlah rakyat (petani) yang dilayani dan jumlah serta jenis ekuipmentnya tetap, seharusnya bidang urusan ini harus didukung dengan sarana pelayanan yang memadai. Jika pengambilan keputusan hanya didasarkan sebuah premis penghematan saja maka tidak serta merta menghasilkan konklusi efektifitas dan solutif. Sebaiknya analisis struktur dan jabatan perlu ditinjau lagi untuk menghasilkan formula hemat struktur dan kaya fungsi yang proposional.
Tahun ini dengan energi yang pas-pasan, bidang TPH terus berupaya melayani petani dalam berbagai program. Di seksi produksi ada pelayanan penyediaan benih bagi program ketahanan pangan untuk 5.000 ha dengan menggunakan padi hibrida dan 5.000 ha lagi untuk padi non hibrida. Skema program ini adalah APBN melalui Tugas Perbantuan (TP) tanpa sharing. Ada lagi benih jagung hibrida seluas 1.050 ha. Melalui komunikasi dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan Propinsi NTT, penyediaan benih non hibrida di back up melalui program pengembangan lahan 75 ha yang menghasilkan 375 ton benih berlabel putih untuk dikembangkan masyarakat. Di seksi PLA dan Seksi Ustan PPHP kegiatan yang ada juga hanyalah kegiatan TP tanpa sharing. Yang dimaksudkan sharing adalah sejumlah program pendukung terhadap program APBN yang ada. Ini penting, selain sebagai indikator komitmen terhadap program nasional, kelanjutan terhadap program-program nasional di daerah perlu dikawal sejak pembahasan, verifikasi, koordinasi dan evaluasinya yang terus diselenggarakan oleh kementrian pertanian. Namun sayang, hampir pasti setiap moment itu kita absent. Ini bukan kerugian pelayannya tetapi rakyat yang dilayaninya.....
Sobat...., setelah tenggelam dalam runtun pikir topik sederhana ini ternyata cukup menghasilkan banyak alur lagi yang terkorelasi dengan topik ini. Saya paskan dulu saja, sebelum naluri imajiner liar saya mulai keluar. Hehehe.
Terima kasih.. Salam.