Minggu, 20 November 2011

Setelah Lama Berdiam


Perjalanan waktu yang terus bergerak rupanya telah membuat saya lupa bahwa saya masih memiliki sebuah blog yang masih aktif. Rupa-rupanya, kesibukan selama ini cukup menyita waktu saya. Mulai dari kesibukan mengurus diri sendiri dan keluarga, kesibukan sosial dan pekerjaan. Awal tahun ini, saya resmi berkarya di Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Ngada. Sebuah lembaga pemerintah yang mengurusi ekonomi strategis masyarakat Ngada. Strategis karena yang diurus adalah perut penduduk mulai dari bahan pangan (yang tereduksi dalam slogan 4 sehat 5 sempurna), komoditi perdagangan dan penyediaan protein asal hewan. Selain itu, lembaga ini juga menjadi motor utama Program Pengembangan Ekonomi Rakyat (PERAK), yaitu Program Strategis Pemerintah Ngada melalui penyediaan dan pengelolaan komoditi ternak strategis sapi, babi dan kambing. Berat memang.... Dinas P3 (demikian biasanya disingkat) sebelumnya adalah 3 (tiga) buah dinas ekonomi di lingkup Pemkab Ngada. Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas Perkebunan dan Dinas Peternakan. Namun kemudian dilebur menjadi sebuah dinas saja. Arahan regulasi dasarnya adalah demi tujuan penyelenggaraan kepemerintahan di daerah yang efektif dengan menerapkan organisasi pemerintah daerah yang miskin struktur kaya fungsi. Itu baik dan benar. Namun yang menjadi persoalannya adalah dengan mengerucutnya struktur diikuti juga dengan pengurangan jumlah tenaga yang mengurusi urusan tersebut dengan sangat radikal. Padahal, ruang lingkup urusan dan luasan wilayah pelayanannya tetap. Contohnya di Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura (saya di sini). Sebelumnya urusan ini diurus oleh kurang lebih 60 pegawai namun kini hanya 8 orang saja. Demikian juga dengan bidang lainnya. Harus diakui juga bahwa perubahan struktur seperti ini juga berkorelasi sangat positif terhadap kinerja pegawai di bidang ini. Tetapi kembali lagi bahwa kemampuan 60 orang dengan 8 orang sangat jelas berbeda. Walaupun yang ke-8 orang itu bekerja pada posisi loyalitas maksimal sekalipun. Persoalan lain adalah dengan jumlah rakyat (petani) yang dilayani dan jumlah serta jenis ekuipmentnya tetap, seharusnya bidang urusan ini harus didukung dengan sarana pelayanan yang memadai. Jika pengambilan keputusan hanya didasarkan sebuah premis penghematan saja maka tidak serta merta menghasilkan konklusi efektifitas dan solutif. Sebaiknya analisis struktur dan jabatan perlu ditinjau lagi untuk menghasilkan formula hemat struktur dan kaya fungsi yang proposional.
Tahun ini dengan energi yang pas-pasan, bidang TPH terus berupaya melayani petani dalam berbagai program. Di seksi produksi ada pelayanan penyediaan benih bagi program ketahanan pangan untuk 5.000 ha dengan menggunakan padi hibrida dan 5.000 ha lagi untuk padi non hibrida. Skema program ini adalah APBN melalui Tugas Perbantuan (TP) tanpa sharing. Ada lagi benih jagung hibrida seluas 1.050 ha. Melalui komunikasi dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan Propinsi NTT, penyediaan benih non hibrida di back up melalui program pengembangan lahan 75 ha yang menghasilkan 375 ton benih berlabel putih untuk dikembangkan masyarakat. Di seksi PLA dan Seksi Ustan PPHP kegiatan yang ada juga hanyalah kegiatan TP tanpa sharing. Yang dimaksudkan sharing adalah sejumlah program pendukung terhadap program APBN yang ada. Ini penting, selain sebagai indikator komitmen terhadap program nasional, kelanjutan terhadap program-program nasional di daerah perlu dikawal sejak pembahasan, verifikasi, koordinasi dan evaluasinya yang terus diselenggarakan oleh kementrian pertanian. Namun sayang, hampir pasti setiap moment itu kita absent. Ini bukan kerugian pelayannya tetapi rakyat yang dilayaninya.....
Sobat...., setelah tenggelam dalam runtun pikir topik sederhana ini ternyata cukup menghasilkan banyak alur lagi yang terkorelasi dengan topik ini. Saya paskan dulu saja, sebelum naluri imajiner liar saya mulai keluar. Hehehe.
Terima kasih.. Salam.

Tidak ada komentar: