Selasa, 29 Desember 2009

Malam Pergantian Tahun Di Ngedukelu

Malam itu, 31 Desember 2008, langit kota bajawa dipenuhi awan hitam tebal. Gerimis yang terus turun sejak sore merisaukan Wiju dan teman-temannya. Betapa tidak sejak 3 (tiga) hari yang lalu, mereka telah mempersiapkan segala sesuatu untuk merayakan malam pergantian tahun itu. Sound system titipan Om Niko Ruu yang cukup lengkap dengan peralatan band sederhana di tempatnya Wiju, sudah pula di atur sedemikian rupa di tenda biru yang dipasang tepat di lorong depan rumahku. Alih-alih hujan berhenti, sekitar jam 19.00 hujan semakin lebat yang terasa ketika menyentuh seng rumah.... seperti biji jagung. Semua bengong!!!!
Dengan kondisi cuaca demikian, memang tidak ada seorangpun yang berani keluar rumah dengan keadaan yang sangat dingin seperti itu. Kota Bajawa memang kota dingin. Berada di ketinggian 1.200 meter dpl, dengan suhu rata-rata 16 derajat Celsius. Sayapun memilih diam di rumah, duduk santai di teras rumah sambil mengisap rokok Sampoerna putih kesukaan saya. Dari teras rumah saya memperhatikan dengan seksama teman-teman yang selalu dekat dengan saya di kompleks itu. Wajah mereka benar-benar menunjukkan kekhawatiran kalau-kalau hujan tidak berhenti. Ada Wiju, Jimmy Maranda, Jemy Fono, Ferry, Petu Wea, No Wea, Kikis , Hery Niki dan Hery Reo mencoba untuk bersabar menunggu berhentinya hujan. Kira-kira setengah jam kemudian isteriku tercinta membawa pisang goreng panas lengkap dengan kopi panas beberapa gelas ke hadapanku sambil memanggil teman-temanku untuk merapat. Serta merta semua nekat menerobos hujan berlari ke depan teras rumahku. Semua mengambil tempat masing-masing dan tentu saja dengan semangatnya mengambil gelas kopi dan pisang goreng yang masih hangat itu.
Suasana berubah ceria. Semua tidak lagi memikirkan hujan yang terus turun dengan derasnya di akhir bulan itu. Pembicaraan bergeser ke hal-hal seputar makanan. Ide yang muncul adalah acara makan bersama tutup tahun. Namun yang menjadi persoalannya adalah bagaimana kami mendapatkan logistik secara cepat pada waktu dan kondisi cuaca seperti ini. Ada sejumlah alternatif yang ditawarkan. Pada akhirnya kami memilih untuk memanfaatkan setiap potensi logistik yang ada di masing-masing rumah. Kira-kira jam 22.00, hujan benar-benar berhenti dan ini melegakkan semua yang ada. Tanpa dikomando semua kabur ke rumah masing-masing untuk mengambil logistik baik yang telah dalam bentuk makanan siap konsumsi maupun dalam bentuk metah. Tak diduga sebelumnya, cukup banyak makanan yang tersedia termasuk daging mentah yang siap panggang. Sejumlah ibu-ibu ikut bergabung, dan secara spontan mengurusi konsumsi. Para lelaki membuat api unggun di seputar tenda. Wiju dan kawan-kawannya mengurusi sound sistem. Tidak lama kemudian musik dengan melodi Natal berirama Rock, telah dimainkan anggota band dadakan "Persenge". Semua tenggelam dalam kegembiraan malam tutup tahun. Pada saat-saat seperti itu, sumbangan moke arak, bir dan minuman ringan terus berdatangan dari tetangga sekitar sembari ikut bergabung. Kompleks kami tepatnya berada di pusat kota Bajawa, dekat terminal kota dan dikelilingi pertokoan. Tepat pukul 24.00, kami menghentikan semua aktifitas, mengambil sikap diam, mencari tempat masing-masing dengan nyaman dan siap berdoa. Kami melalui saat-saat pergantian tahun malam itu...dengan berdoa!!!!!!!! Tiada kembang api.... tiada terompet...tiada meriam bambu.... Hanya untaian kata doa yang keluar dari mulut kami melantunkan doa Bapa Kami dan Salam Maria dengan saling bersahutan.....!!!!!